Cari Blog Ini

Rabu, 15 Mei 2013

BAYI PREMATUR


Bayi Prematur

1. Pengertian bayi prematur
Bayi kurang bulan (prematur) adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi prematur belum siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas, minum, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat. Prematur di bagi dalam tiga kategori : prematur ekstrim apabila kurang dari 28 minggu, sangat prematur antara 28-32 minggu, prematur antara 32-37 minggu.
Bayi yang dilahirkan prematur biasa terjadi secara alamiah atau pun buatan Salah satu penyebab bayi lahir prematur karena pecah ketuban, trauma, atau gizi sang ibu buruk.Usia ibu yang sangat muda (kurang dari 16 tahun) dan konsumsi obat tertentu, rokok, dan alkohol .
Dalam Perinasia (2003, hlm. 2) bayi prematur yang dilahirkan dalam usia gestasi       < 37 minggu mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan prematuritas, antara lain : sindrom ganguuan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia karena refleks menelan dan batuk belum sempurna, pendarahan spontan dalam ventrikel otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan), hiperbilirubinia karena fungsi hati belum matang, hipotermi
2. Tanda-tanda bayi kurang bulan
            Tanda-tanda bayi kurang bulan antara lain : Kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan  telinga sangat lunak, lanugo banyak terutama pada punggung, jaringan payudara belum terlihat, puting berupa titik, pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk .
3. Masalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
             Dalam manajemen BBLR menyebutkan bahwa masalah bayi berat lahir rendah antara lain yaitu : 1) asfiksia, bayi berat lahir rendah bisa kurang, cukup, atau lebih bulan. Semuanya berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. 2) gangguan nafas, gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR mengalami gangguan nafas harus segera dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi. 3) hipotermi, karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir belum matang. Metode kanguru dengan kontak kulit dengan kulit membantu BBLR tetap hangat.                4) hipoglikemia, karena hanya sedikitnya simpanan  energi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. 5) masalah pemberian ASI, karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering. 6) infeksi, karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari bayi yang cukup beratnya. 7) masalah perdarahan, berhubung dengan belum matangnya sistem pembekuan darah saat lahir. Beri vitamin k, injeksi intra muscular dengan dosis tunggal 1 mg di paha kiri setelah melakukan resusitasi.


4. Dasar Perawatan Bayi Prematur
            4.1. Prenatal dan persalinan
            Perawatan bayi prematur dilakukan layaknya bayi masih di dalam uterus sebelum kelahiran bayi. Dengan tindakan-tindakan ini kita dapat mencegah penyulit-penyulit, tindakan-tindakan yang dapat dilakukan, misalnya : pemberian kartikosteroit pada ibunya ( sebelum bayi lahir ) untuk mempercepat maturasi paru-paru sehingga Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) dapat dicegah, nutrisi dan keseimbangan cairan dan elektrolit ibu harus dijaga baik agar fungsi plasenta terjamin, obat-obatan pada ibu harus diperhatikan betul sehingga dengan masuknya obat-obatan sedative dapat kita awasi, mengingat rapuhnya tubuh bayi prematur, maka harus dihindari atau dibatasi trauma waktu persalinan dengan episiotomi dan sebagainya “ minimal handing” juga harus diterapkan pada bayi-bayi yang kecil ini setelah kelahirannya
.2. Pernafasan
            Bayi premature sering dilahirkan dalam keadaan asfiksia. Menjadi perioritas untuk segera melakukan resusitasi. Mengingat kemungkinan timbulnya penyulit pada sistem pernafasan maka pengawasan ketat di perlukan untuk mendeteksi sedini mungkin adanya serangan apnea serta timbulnya RDS (Respiratory Distress Syndrome)                      
            4.3. Suhu tubuh
            Bayi prematur secara fisiologis sulit mempertahankan suhu tubuhnya, mudah terjadi hipotermia segera setelah lahir tetapi juga mudah mengalami hipertermia                       
            Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah : luasnya permukaan tubuh menyebabkan mudah kehilangan panas melalui kulit dikarenakan luasnya area permukaan tubuh bayi, maka dibanding bayi normal bayi prematur mempunyai lebih sedikit simpanan lemak subkutan, bayi prematur mempunyai sedikit atau tidak mempunyai cadangan makanan yang berbentuk glikogen dalam hati, kemampuan bayi prematur untuk berkeringat serta pusat termoregulasi bayi-bayi ini belum sempurna maka bila suhu sekitarnya terlalu tinggi bayi akan mengalami hipotermia. Bayi kecil kurang bulan dapat mengalami kehilangan panas tubuh melalui 4 jalan, yaitu : radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Radiasi terjadi ketika bayi mengeluarkan panas kelingkungan yang lebih dingin. Konveksi terjadi ketika bayi kehilangan panas karena aliran udara dan evaporasi terjadi ketika panas hilang melalui penguapan air dalam tubuh bayi. Kondisi bayi yang demikian disebut hipotermia
            4.4. Nutrisi
            Air susu ibu atau ASI bayi prematur dipertimbangan sebagai pilihan terbaik untuk nutrisi enternal dan disarankan karena mempunyai susunan yang paling sesuai untuk pencernaan dan pertumbuhan bayi prematur. ASI memberikan pengaruh protektif melawan infeksi, ASI mengandung zat-zat kekebalan, dan dengan memberikan ASI akan memperbaiki hubungan psikologis antara bayi dan ibunya. Pada bayi prematur sering terjadi gangguan hisap untuk itu ASI dapat diberikan dengan cara memerasnya untuk diberikan ke bayi dan di lakukan sesering mungkin agar pasokan ASI terjaga                
4.5.    Infeksi
Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang, keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain  dengan mencuci tangan dengan baik



C. Metode Kanguru dalam Perawatan Bayi Prematur
            Teknik kanguru merupakan sebuah metode perawatan yang tersedia secara universal dan baik secara biologi bagi semua bayi baru lahir, akan tetapi biasanya bagi bayi-bayi prematur dengan 3 komponennya yang meliputi kontak kulit dengan kulit, menyusui eksklusif dan dukungan terhadap ibu dan bayi ( Bregman, 2005 ).
            Teknik kanguru adalah kontak langsung dengan kulit ibu dan bayi prematur yang dilakukan sejak dini dan berkelanjutan baik selama masih di rumah sakit maupun di rumah, disertai pemberian ASI eksklusif dan pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi
1. Komponen Metode Kanguru
Pada awalnya metode kanguru ini terdiri dari 3 komponen yaitu :
a. Posisi kanguru
            Yaitu bayi prematur yang telah memenuhi kriteria untuk dirawat dengan metode diletakkan dengan posisi vertikal di antara kedua payudara ibu. Bayi hanya mengenakan popok dan penutup kepala, sehingga di harapkan sebanyak mungkin akan terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi. Posisi ini dipertahankan baik ibu dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun berbaring sehingga di harapkan terjadi kontak langsung yang terus menerus selama 24 jam atau beberapa jam dalam sehari.
b. Nutrisi kanguru
Makanan yang terbaik untuk bayi prematur adalah ASI. Pemberian ASI bisa secara langsung kalau bayi sudah siap. Cara lain untuk ASI yang diperas bisa                diberikan dengan gelas, sendok, spuit bilamana bayi belum siap menghisap.
c. Dukungan kanguru
            Dengan metode ini diharapkan rasa cemas ibu akan berkurang dan tumbuh rasa percaya diri ibu. Untuk itu di perlukan dukungan dari keluarga, masyarakat sekitarnya, dan yang sangat penting dari petugas kesehatan. Dukungan di sini bisa dalam bentuk dukungan emosi, fisik, dan pendidikan.
d. Pemulangan
            Selama masih dalam perawatan, ibu diperkenalkan dengan metode kanguru dengan harapan dia paham dan mau melakukan perawatan bayi dengan metode ini. Bayi yang di rawat dengan metode kanguru akan pulang lebih awal dan biaya yang di keluarkan lebih rendah serta beban tugas kesehatan menjadi lebih ringan ( Perinasia, 2003, hlm. 2-3 ).
2. Manfaat Metode Kanguru
            Adapun manfaat dalam metode kanguru, bagi bayi yaitu : suhu tubuh stabil                 ( 36,5-37 ˚ C ), detak jantung janin relatif stabil sekitar 140-160/menit, tidur lebih lelap, kenaikan berat badan lebih cepat, jarang timbul infeksi yang serius, dan bayi di perlakukan lebih manusiawi; bagi ibu : berkurangnya stres, merasa lebih percaya diri, mampu merawat bayi kecil, merasa diberdayakan dalam perawatan bayinya, terjalinnya ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi, meningkatkan pemberian ASI; bagi petugas kesehatan : kebutuhan tenaga dan peralatan bisa lebih ditekankan, bayi bisa di pulangkan lebih awal, biaya perawatan lebih murah, beban petugas dalam merawat bayi menjadi lebih ringan.
3. Waktu untuk Memulai Metode Kanguru
            Metode kanguru bisa dimulai apaabila ibu dan bayi sudah merasa cukup sehat. Pada bayi normal metode ini bisa dimulai segera setelah pemotongan tali pusat dan perawatan tali pusat. Untuk bayi prematur yang sering terjadi komplikasi maka sebaiknya ditunda sampai kondisi bayi stabil. Jadi saat yang tepat untuk memulai metode ini sangat individual tergantung umur kehamilan, berat lahir, umur postnatal, beratnya penyakit yang diderita bayi dan kondisi ibu. WHO (2002) membuat pedoman berdasarkan berat badan dan umur kehamilan yaitu : bayi dengan berat 1800 gram atau lebih, dengan umur kehamilan > 30-34 minggu, perlu dilakukan perawatan khusus terlebih dahulu setelah kondisi bayi membaik maka bisa dilakukan metode kanguru. Berat badan 1200-1799 gram, dengan umur kehamilan 28-32 minggu harus dirujuk sebelum lahir dan perlu waktu seminggu atau lebih untuk bisa memulai metode ini. Berat badan < 1200 gram, umur kehamilan < 30 minggu membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memulai metode  ini
4. Lamanya Metode Kanguru Dilakukan
            Berdasarkan lamanya metode ini dilakukan metode kanguru dibagi menjadi intermiten dan kontinyu. Intermiten maksudnya bayi yang masih memerlukan perawatan konvensional (Inkubator) dikeluarkan dari inkubator untuk beberapa saat dirawat dengan metode kanguru, setelah itu kembali lagi ke inkubator. Usahakan pada awalnya jangan kurang dari 60 menit dengan posisi kanguru, kalau kurang akan menggangu waktu istirahat bayi  dan bayi akan stres. Kontinyu berarti dilakukan berangsur-angsur sampai 24 jam. Bayi dikeluarkan dari gendongan bila akan mengganti popok, perawatan tali pusat atau perlu pemeriksaan dokter, dan jika ibu akan mandi. Selama lepas dari ibu, bayi dibungkus rapat agar tidak kedinginan atau bisa diserahkan  pada suami, nenek, atau saudara yang lain. Metode kanguru ini dilakukan sampai bayi sudah tidak menginginkannya lagi. Ini ditandai dengan bayi menjadi gelisah, rewel, selalu bergerak saat berada dalam posisi kanguru. Biasanya ini terjadi setelah bayi mencapai berat badan 2500 gram atau umur kehamilan 40 minggu.
5. Persiapan yang Diperlukan untuk Melakukan Metode Kanguru
            Persiapan yang dilakukan untuk melakukan metode kanguru menyangkut 3 hal, yaitu : 1) ibu dan bayi : kondisi dan keberadaan ibu setelah melahirkan merupakan persyaratan utama. Harus ada pengganti ibu yang secara fisik dan mental sehat, mampu dan mau melakukan perawatan metode kanguru. Bayi setelah melewati masa krisis dan dalam keadaan yang stabil sudah bisa dirawat oleh ibunya dengan metode kanguru. Pakaian ibu dan bayi tidak memerlukan pakaian yang khusus, Hanya ibu harus mengenakan baju yang terbuka didepan. Untuk bayinya hanya popok dan penutup kepala. Agar posisi bayi tetap melekat ke dada ibu, diiluar baju ibu bisa diikat dengan kain panjang dan jangan terlalu menekan perut ibu agar bayi bisa bernafas. 2) tempat atau instansi : metode kanguru bisa dilakukan pada tempat pelayanan persalinan di tingkat paling bawah (rumah bersalin, Polindes, Puskesmas dengan perawatan) sampai rumah sakit rujukan. Harus ada kebijakan tertulis di tingkat nasional, daerah, dan institusi yang bersangkutan dari pimpinan yang menyatakan metode kanguru sebagai salah satu metode alternatif bagi perawatan bayi  prematur.  Perlu dilakukan evaluasi atas pelaksanaan metode ini. 3) dukungan lingkungan : untuk keberhasilan metode ini diperlukan dukungan dari petugas selama masih berada di rumah sakit. Di rumah dukungan pihak keluarga sangat diperlukan termasuk agar ibu diberi kesempatan untuk banyak istirahat, tidur yang cukup, aktivitasnya hanya yang berkaitan dengan bayinya              
6. Petunjuk Pelaksanaan Metode Kanguru
            Petunjuk pelaksanaan metode kanguru ini yaitu : 1) setelah mencuci tangan ibu mengenakan baju kanguru atau baju biasa yang terbuka didepan. 2) bayi diletakkan tegak diantara kedua payudara ibu. 3) kepala bayi dipalingkan ke arah kiri atau kanan, sehingga bayi mendengar detak jantung ibunya, leher bayi dalam posisi ekstensi. 4) kenakan kancing baju ibu. 5) agar posisi ibu tidak berubah gunakan kain panjang yang melilit tubuh ibu (usahakan tidak menekan perut bayi). Posisi ini dipertahankan terus baik ibu dalam posisi duduk, berdiri maupun berbaring. Bila ibu berbaring hendaknya tempat tidur di bagian hulu ditopang dengan bantal sehingga posisi kepala bayi lebih tinggi dari badannya. Ini diperlukan agar bayi tidak muntah.

Sabtu, 11 Mei 2013

EKSIM SUSU Pada BAYI


EKSIM SUSU

1.    Pengertian
Eksim susu merupakan penyakit yang bersifat kronik dan sering mengalami kekambuhan .Eksim susu atau dalam istilah kedokteran disebut dermatitis atopi adalah kelainan kulit, bersifat kronis, berupa kemerahan pada kulit wajah, yang sangat gatal dan kambuhan.
2.    Klasifikasi Eksim Susu
Klasifikasi eksim susu terdiri dari :
a.       Eksim susu tahap infantil atau bayi
Sebanyak 80% kasus eksim susu atau dermatitis atopi diderita oleh bayi dan sekitar 50 % mengalami kesembuhan pada usia sekitar 2 tahun. Bayi laki – laki lebih sering memderita eksim susu daripada bayi perempuan. Keadaan kulit awal biasanya berupa bercak kemerahan yang disertai dengan rasa gatal di pipi, luka lecet, keropeng terjadi akibat garukan serta mengalami infeksi sekunder. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa bulan hingga tahun. Rasa gatal yang diderita sering mengakibatkan gangguan tidur bayi sehingga sering menimbulkan gangguan emosional yang dapat memperburuk penyakit.
b.        Eksim susu tahap anak
Eksim susu yang di derita oleh anak usia muda dapat merupakan kelanjutan perjalanan penyakit eksim susu tahap infantile atau baru timbul pada usia dini. Kulit anak cenderung kering.
Daerah yang khas yang terjadi pada anak yaitu pada pergelangan tangan, lipatan siku, lutut, daerah pnggung kaki dan tangan. Selain itu juga dapat timbul pada daerah pipi, kelopak mata dan tengkuk.
Kelainan kulit yang timbul khas, simetris dengan bercak kemerahan, kulit kasar, disertai dengan sisik, luka lecet akibat garukan, keropeng dan garis–garis kulit yagn nyata.
c.       Eksim susu tahap dewasa
Kelainan yang timbul tetap simetris. Daerah yang terkena sering pada daerah kelopak mata, dahi, sekitar mulut, tengkuk, leher, dada atas, bahu, lipatan – lipatan dan punggung tangan.
Kulit yang terkena kering, tampak bercak–barcak merah disertai dengan adanya banyak bekas garukan.
3.    Tanda dan Gejala
Eksim susu dapat dikenal dari lokasinya yang terkena eksim, pada bayi tersering mengenai wajah terutama kedua pipi, sedangkan pada dewasa dan anak-anak dikedua lekukan siku atau lutut.
Gejala utamanya adalah rasa gatal (pruritus), dapat hilang timbul setiap hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari sehingga bayi sering menggaruk, gelisah, rewel dan sulit tidur.Hal ini juga ditandai bercak–bercak merah disertai gelembung kecil berisi cairan jernih, bila pecah menjadi basah, berair atau kadang-kadang berdarah.setelah itu cairan tersebut akan mongering dan jadi keropeng kekuningan atau kehitaman, kulit kemudian manjadi bersisik dan kering
 Atopic Dermatitis (Acute)

 Menurut dr. Titi Lestari Sugito, SpKK (K), gejala dan tanda dari eksim susu atau dermatitis atopi yaitu :
a.         Ruam berwarna merah disekitar pipi dan berair.
b.        Rasa gatal yang amat sangat dan menimbulkan kelainan kulit yang kurang menarik di pandang.
c.         Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak.
d.        Pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi.
Sedangkan kelainan kulit yang bersifat spesifik bergantung pada stadiumnya, yaitu
a.         Pada stadium akut, biasanya kulit yang terkena eksim nampak kemerahan, mengalami penebalan dan timbul bercak–bercak, adakalanya berair (basah).
b.        Pada stadium subakut, bercak merah dan penebalan kulit nampak mereda, kemudian bercak yang basah akan mengering dan menjadi keropeng
c.         Pada stadium kronis, eksim tampak kering, bersisik dan berpigmentasi (menghitam). Tak jarang eksim mengalami perubahan bentuk menjadi bintik -  bintik menonjol, bahkan kadang mengalami erosi.
4.    Mencegah Kekambuhan
Mencegah eksim susu kambuh lagi/ berulang dapat dilakukan dengan cara : a). mencegah makanan penyebab alergi dan memberikan makanan pengganti, b) mencegah alergen lingkungan seperti debu, tungau, dan lingkungan yang tidak bersih, c) kebersihan bayi harus di jaga (seperti kulit lembab dan basah)
5.    Komplikasi Eksim susu
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yang mengalami eksim susu yaitu a) infeksi bakteri, b) infeksi virus, c) infeksi jamur kulit
6.    Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya eksim susu / dermatitis atopi
a.          Faktor endogen ( dari dalam tubuh )
Faktor endogen yang mempengaruhi terjadinya eksim susu atau dermatitis atopi adalah faktor genetik atau keturunan, dimana dalam keluarga khususnya orang tua ada riwayat alergi  misalnya rhinitis,  asma atau penyakit dermatitis atopi. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami eksim susu daripada laki-laki.
b.         Faktor eksogen ( dari luar tubuh )
        Faktor eksogen yang mempengaruhi terjadinya eksim susu yaitu Lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu seperti iklim, suhu, polusi, debu, dan lain - lain. Kebersihan bayi juga mempengaruhi terjadinya eksim susu.
a)         Makanan. Ternyata makin lama anak mendapat asupan ASI, makin kecil kemungkinan menderita eksim susu. Hal ini disebabkan susu sapi dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya eksim susu pada bayi, karena pada susu sapi mengandung zat alergen. Pemberian makanan padat yang terlalu dini juga dapat meningkatkan kejadian eksim susu pada anak
7.    Penatalaksanaan Eksim Susu
Penyebab pasti eksim susu belum banyak diketahui, oleh karena itu pengobatannya terutama masih bersifat simtomatik. Penyakit ini dapat bermanisfestasi mulai dari yang ringan sampai berat sekali dengan berbagai faktor pencetus yang bervariasi sehingga memerlukan berbagai pendekatan sistematik dan holistic dalam  penatalaksanaannya. Hingga kini penatalaksanaan eksim susu atau dermatitis atopi terutama ditujukan untuk mengurangi/mencegah kekambuhan sehingga dapat mengatasi penyakit dalam jangka waktu yang lama.
a.       Bersihkan kulit dari kotoran yang menempel pada kulit seperti sisa makanan.
b.      Hindari garukan atau menggosok kulit dengan benda kasar
c.       Suhu dan kelembaban ruangan
d.      Bila terdapat infeksi sekunder diberikan salap antibiotika atau bila perlu diberikan pengobatan antibiotika secara oral.
Kulit penderita eksim susu atau dermatitis atopi cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh  karena itu perlu menyingkirkan faktor–faktor yang memperberat dan memicu siklus ‘ garuk–menggaruk ‘. Acapkali juga serangan eksim susu pada bayi dan anak dipicu oleh iritasi dari luar, misalnya terlalu sering dimandikan, menggosok terlalu kuat, kebersihan kurang terjaga
DAFTAR PUSTAKA

Antara. (n.d). Gangguan Kulit Bayi: Retrieved Oktober 27, 2009, from http://www.merck.com/mmpe/sf/multimedia
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2002). Perawatan Kulit Bayi dan Balita. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tim Penyusun FKUI. (2005). Penanganan Eksim Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
(2009). Dermatitis Atopi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
………………. (2008). Buku Ajar Neonatalogi. Cet. 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Hurlock, B. E. (1998). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Machfoedz, I. (2010). Kuesioner Dan Panduan Wawancara. Cet. 10. Yokyakarta: Fitramaya.
Maramis, W. F. (2006). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga Universitas Press
Mubarak, I. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Prasetyono. (2009). ASI dan Kesehatannya. Jakarta: Fitramaya
Rukiah., A. Y., & Yulianti., L. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info Media.