EKSIM SUSU
1. Pengertian
Eksim susu merupakan penyakit yang bersifat kronik dan sering
mengalami kekambuhan .Eksim susu atau dalam istilah kedokteran disebut dermatitis atopi
adalah kelainan kulit, bersifat kronis, berupa kemerahan pada kulit wajah, yang
sangat gatal dan kambuhan.
2. Klasifikasi
Eksim Susu
Klasifikasi
eksim susu terdiri dari :
a. Eksim
susu tahap infantil atau bayi
Sebanyak 80% kasus eksim susu
atau dermatitis atopi diderita oleh bayi dan sekitar 50 % mengalami kesembuhan
pada usia sekitar 2 tahun. Bayi laki – laki lebih sering memderita eksim susu
daripada bayi perempuan. Keadaan kulit awal biasanya berupa bercak kemerahan
yang disertai dengan rasa gatal di pipi, luka lecet, keropeng terjadi akibat
garukan serta mengalami infeksi sekunder. Keadaan ini dapat berlangsung
beberapa bulan hingga tahun. Rasa gatal yang diderita sering mengakibatkan
gangguan tidur bayi sehingga sering menimbulkan gangguan emosional yang dapat
memperburuk penyakit.
b.
Eksim susu tahap anak
Eksim susu yang di derita oleh
anak usia muda dapat merupakan kelanjutan perjalanan penyakit eksim susu tahap
infantile atau baru timbul pada usia dini. Kulit anak cenderung kering.
Daerah yang khas yang terjadi
pada anak yaitu pada pergelangan tangan, lipatan siku, lutut, daerah pnggung
kaki dan tangan. Selain itu juga dapat timbul pada daerah pipi, kelopak mata
dan tengkuk.
Kelainan kulit yang timbul khas,
simetris dengan bercak kemerahan, kulit kasar, disertai dengan sisik, luka
lecet akibat garukan, keropeng dan garis–garis kulit yagn nyata.
c. Eksim
susu tahap dewasa
Kelainan yang timbul tetap
simetris. Daerah yang terkena sering pada daerah kelopak mata, dahi, sekitar
mulut, tengkuk, leher, dada atas, bahu, lipatan – lipatan dan punggung tangan.
Kulit yang terkena kering, tampak
bercak–barcak merah disertai dengan adanya banyak bekas garukan.
3. Tanda
dan Gejala
Eksim susu dapat dikenal dari lokasinya yang terkena eksim, pada
bayi tersering mengenai wajah terutama kedua pipi, sedangkan pada dewasa dan
anak-anak dikedua lekukan siku atau lutut.
Gejala utamanya adalah rasa gatal (pruritus), dapat hilang timbul
setiap hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari sehingga bayi sering
menggaruk, gelisah, rewel dan sulit tidur.Hal ini juga ditandai bercak–bercak
merah disertai gelembung kecil berisi cairan jernih, bila pecah menjadi basah,
berair atau kadang-kadang berdarah.setelah itu cairan tersebut akan mongering
dan jadi keropeng kekuningan atau kehitaman, kulit kemudian manjadi bersisik dan
kering
Menurut dr. Titi Lestari Sugito, SpKK (K), gejala dan tanda dari eksim susu atau dermatitis atopi yaitu :
a.
Ruam berwarna merah disekitar pipi dan
berair.
b.
Rasa gatal yang amat sangat dan
menimbulkan kelainan kulit yang kurang menarik di pandang.
c.
Dalam keadaan akut, yang pertama tampak
kemerahan, lumpur dan banyak kerak.
d.
Pruritus hebat menyebabkan berulangnya
peradangan dan pembentukan lesi.
Sedangkan kelainan kulit yang bersifat spesifik
bergantung pada stadiumnya, yaitu
a.
Pada stadium akut, biasanya kulit yang
terkena eksim nampak kemerahan, mengalami penebalan dan timbul bercak–bercak,
adakalanya berair (basah).
b.
Pada stadium subakut, bercak merah dan
penebalan kulit nampak mereda, kemudian bercak yang basah akan mengering dan
menjadi keropeng
c.
Pada stadium kronis, eksim tampak
kering, bersisik dan berpigmentasi (menghitam). Tak jarang eksim mengalami
perubahan bentuk menjadi bintik - bintik
menonjol, bahkan kadang mengalami erosi.
4. Mencegah
Kekambuhan
Mencegah eksim
susu kambuh lagi/ berulang dapat dilakukan dengan cara : a). mencegah makanan
penyebab alergi dan memberikan makanan pengganti, b) mencegah alergen
lingkungan seperti debu, tungau, dan lingkungan yang tidak bersih, c)
kebersihan bayi harus di jaga (seperti kulit lembab dan basah)
5. Komplikasi
Eksim susu
Komplikasi yang
dapat terjadi pada bayi yang mengalami eksim susu yaitu a) infeksi bakteri, b)
infeksi virus, c) infeksi jamur kulit
6. Faktor
– faktor yang mempengaruhi terjadinya eksim susu / dermatitis atopi
a.
Faktor endogen ( dari dalam tubuh )
Faktor
endogen yang mempengaruhi terjadinya eksim susu atau dermatitis atopi adalah
faktor genetik atau keturunan, dimana dalam keluarga khususnya orang tua ada
riwayat alergi misalnya rhinitis, asma atau penyakit dermatitis atopi.
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami eksim susu daripada
laki-laki.
b.
Faktor eksogen ( dari luar tubuh )
Faktor eksogen yang
mempengaruhi terjadinya eksim susu yaitu Lingkungan. Lingkungan disini
menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu seperti iklim, suhu,
polusi, debu, dan lain - lain. Kebersihan bayi juga mempengaruhi terjadinya
eksim susu.
a)
Makanan. Ternyata makin lama anak
mendapat asupan ASI, makin kecil kemungkinan menderita eksim susu. Hal ini
disebabkan susu sapi dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya eksim susu
pada bayi, karena pada susu sapi mengandung zat alergen. Pemberian makanan
padat yang terlalu dini juga dapat meningkatkan kejadian eksim susu pada anak
7. Penatalaksanaan
Eksim Susu
Penyebab pasti
eksim susu belum banyak diketahui, oleh karena itu pengobatannya terutama masih
bersifat simtomatik. Penyakit ini dapat bermanisfestasi mulai dari yang ringan
sampai berat sekali dengan berbagai faktor pencetus yang bervariasi sehingga
memerlukan berbagai pendekatan sistematik dan holistic dalam penatalaksanaannya. Hingga kini
penatalaksanaan eksim susu atau dermatitis atopi terutama ditujukan untuk
mengurangi/mencegah kekambuhan sehingga dapat mengatasi penyakit dalam jangka
waktu yang lama.
a. Bersihkan
kulit dari kotoran yang menempel pada kulit seperti sisa makanan.
b. Hindari
garukan atau menggosok kulit dengan benda kasar
c. Suhu
dan kelembaban ruangan
d. Bila
terdapat infeksi sekunder diberikan salap antibiotika atau bila perlu diberikan
pengobatan antibiotika secara oral.
Kulit penderita
eksim susu atau dermatitis atopi cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan,
oleh karena itu perlu menyingkirkan
faktor–faktor yang memperberat dan memicu siklus ‘ garuk–menggaruk ‘. Acapkali
juga serangan eksim susu pada bayi dan anak dipicu oleh iritasi dari luar,
misalnya terlalu sering dimandikan, menggosok terlalu kuat, kebersihan kurang
terjaga
DAFTAR PUSTAKA
Antara. (n.d). Gangguan
Kulit Bayi: Retrieved Oktober 27, 2009, from http://www.merck.com/mmpe/sf/multimedia
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2002). Perawatan Kulit Bayi dan Balita.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
(2009). Dermatitis Atopi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
………………. (2008). Buku Ajar Neonatalogi. Cet. 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
Hurlock, B. E. (1998). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Machfoedz, I. (2010). Kuesioner Dan Panduan Wawancara. Cet. 10. Yokyakarta: Fitramaya.
Maramis, W. F. (2006). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga
Universitas Press
Mubarak, I. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Prasetyono. (2009). ASI dan Kesehatannya. Jakarta: Fitramaya
Rukiah., A. Y., & Yulianti., L. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : CV. Trans Info Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar