BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Undang – undang
kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut usia dilaksanakan berdasarkan
prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Setiap
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat merupakan investasi bagi
pembangunan negara. Prinsip non
diskriminatif mengandung makna bahwa semua masyarakat harus mendapatkan
pelayanan kesehatan termasuk lanjut usia (Komnas Lansia, 2010a).
Menurut UU No.13
Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia (lansia) menyatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Pada tahun 2000, penduduk usia lanjut di seluruh dunia di perkirakan sebanyak
426 juta atau sekitar 6,8%. Jumlah ini akan meningkat hampir dua kali lipat
pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 828 juta jiwa atau sekitar 9,7% dari
total penduduk dunia. Dinegara – negara maju, jumlah lansia juga mengalami
peningkatan, antara lain: Jepang (17,2%), Singapura (8,7%), Hongkong (12,9%),
dan Korea Selatan (7,5%) sudah cukup besar sejak tahun 1990. Sementara negara –
negara seperti Belanda, Jerman, dan Prancis sudah lebih dulu menghadapi masalah
yang serupa (Notoatmojo, 2011).
Kesehatan dan gizi
merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, di
samping juga hak asasi manusia. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) serta keberhasilan pembangunan di negara kita, telah
terjadi peningkatan status kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
ataupun masyarakat. Tingkat kesehatan penduduk semakin membaik dan harapan
hidup meningkat (Bambang dan Meryyana, 2012).
Program kesehatan
lansia adalah upaya kesehatan berupa promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan status
kesehatan lansia. Berdasarkan riset fasilitas kesehatan (Rifaskes) 2011
persentase Puskesmas dengan kegiatan promotif
penyuluhan tentang perilaku hidup sehat dan gizi lansia secara nasional 75,7%.
Provinsi dengan persentase puskesmas tertinggi adalah Jawa Timur (93,8%), Jawa
Tengah (93,6%) dan DI Yogyakarta (93,4%). Persentase terendah ada di Provinsi
Papua (6,5%), Papua Barat (10.6%) dan Sulawesi Tenggara (31,8%) (Kemenkes, 2013).
Fenomena terjadinya
peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh penurunan angka fertilitas
penduduk, perbaikan status kesehatan dan status transisi epidemiologi, dan
peningkatan usia harapan hidup (UHH), serta perubahan gaya hidup. Peningkatan
jumlah lansia mempengaruhi aspek kehidupan mereka antara lain perubahan –
perubahan fisik, biologis, psikologis, sosial dan munculnya penyakit degeneratif
akibat proses penuaan (Fatmah, 2010).
Data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit pada lanjut usia 55-64 tahun adalah
penyakit sendi 56,4%, hipertensi 53,7%, stroke 20,2%, penyakit asma 7,3%,
jantung 16,1%, diabetes 3,7%, dan tumor 8,8%. Meningkatnya penyakit degeneratif
pada lanjut usia ini akan meningkatkan beban ekonomi keluarga, masyarakat dan
negara. Keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang
merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi, rematik, darah
rendah dan diabetes (32,99%) (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas Balitbangkes
tahun 2007, hipertensi tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007, prevalensi
hipertensi (pada kelompok umur >18 tahun) pada pria (31,30%) dan pada wanita
(31,90%). Prevalensi hipertensi pada responden yang
berumur 45-54 tahun (42,40%), 55-64 tahun (53,70%), 65-74 tahun (63,50%), dan
>75 tahun (67,30%). Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak
terdistribusi secara merata. Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada
pria. Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan
darah pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi
lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria (Kemenkes, 2011).
Usia lanjut punya
masalah dalam hal makan, antara lain nafsu makan menurun. Padahal meskipun
aktifitasnya menurun sejalan dengan bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan
asupan zat gizi lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Ia pun masih tetap membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi
biologis tubuhnya (Bambang dan Meryyana, 2012).
Berdasarkan hasil
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011 hampir separuh (45,41%) lansia
di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja. Prevalensi obesitas yang paling
tinggi menjelang lansia sampai lansia (kelompok usia 55-64 tahun, 65-74 tahun
dan >75 tahun) adalah kelompok usia 55-64 tahun (23,1%). Prevalensi merokok
lansia paling tinggi pada kelompok usia 55-64 tahun (37,5%) dengan rata - rata
jumlah batang rokok/hari sebanyak 13 batang rokok. (Kemenkes, 2013).
Hasil penelitian
judul Status Gizi Lansia di Daerah Pedesaan, Kecamatan Porsea, Proporsi lansia
yang berstatus gizi kurang hampir sama (24% dan19,7%). Hasil analisis dengan
menggunakan regresi multinomial didapatkan variabel yang secara statistik
berhubungan dan faktor dominan dengan status gizi kurang adalah variabel
gangguan suasana hati dengan nilai OR=6,9 , sedangkan variabel dominan pada
status gizi lebih adalah variabel kebiasaan merokok (Elva, 2010).
Malonda et
al (2012) dengan judul “Pola makan dan konsumsi alkohol sebagai faktor
risiko hipertensi pada lansia”. Metodenya adalah observasi dengan desain
kontrol kasus. Hasil analisis statistik mengungkapkan bahwa variabel yang menjadi
faktor dominan untuk tekanan darah tinggi dan mempengaruhi timbulnya tekanan
darah tinggi adalah variabel obesitas dan konsumsi alkohol.
Data posyandu lansia di Poskeskel Rengas
Pulau Marelan Medan menunjukkan kunjungan lansia pada tahun 2009 ada 84 orang,
tahun 2010 ada 50 orang, tahun 2011 ada
40 orang, tahun 2012 ada 40 orang, dan tahun 2013 ada 80 orang. Mayoritas
lansia yang datang ke posyandu dengan keluhan tekanan darah tinggi ada sekitar
51 orang dan asam urat ada sekitar 13 orang.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas
maka dilakukan penelitian dengan mengambil judul “faktor –faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi pada
lanjut usia di Poskeskel Rengas Pulau Marelan Medan Tahun 2014.”
1.2 Rumusan
Masalah
Fenomena terjadinya
peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh penurunan angka fertilitas
penduduk, perbaikan status kesehatan dan status transisi epidemiologi,
peningkatan usia harapan hidup (UHH), serta perubahan gaya hidup. Peningkatan
jumlah lansia mempengaruhi aspek kehidupan mereka antara lain perubahan –
perubahan fisik, biologis, psikologis, sosial dan munculnya penyakit
degeneratif akibat proses penuaan.
Data posyandu lansia di Poskeskel Rengas
Pulau Marelan Medan menunjukkan mayoritas lansia yang datang ke posayandu
dengan keluhan tekanan darah tinggi ada sekitar 51 orang (79,6%) dan asam urat ada
sekitar 13 orang (20,3%)
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan
di atas maka peneliti melakukan studi untuk mendapatkan faktor –faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi pada
lanjut usia di Poskeskel Rengas Pulau Marelan Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhyantil, dkk. (2012). Faktor Risiko Pola Konsumsi Natrium Kalium Serta Status Obesitas
Terhadap Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Lailangga. Universitas Hasanuddin
Almatsier, Susirah,Moesijanti. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakaarta: Kompas Gramedia
Almatsier, Sunita. (2013). Prinsip
Dasar Imu Gizi. Jakaarta: Kompas Gramedia
Arikunto, S. (2010). Penelitian Suatu Prosedur Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Bambang
dan Merryana,. (2012). Peranan Gizi Dalam
Siklus Kehidupan. Jakarta: Kharisma Putra Utama
Beck, Marry. (2011). Ilmu
Gizi dan Diet “Hubungan Dengan Penyakit- Penyakit Untuk Perawat Dan Dokter.
Yogyakarta : CV. Andi
Efendi dan Nursalam,. (2009). Pendidikan
Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Elva S. (2010). Status
Gizi Lansia di Daerah Pedesaan, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Jakarta.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga
Fotoula B dan Assimina Z (2010). Epidemiologi hipertensi pada lanjut usia. Epidemiology of hypertension in the
elderly 24 pp:24-30 E-ISSN:1791-809X www.hsj.gr. Health Science Journal® All
Rights Reserved
Gandasentana dan Kusumaratna. (2011). Aktivitas secara
fisik mengurangi tekanan darah tinggi di dalam
lanjut usia dan hemat biaya . Univ Med 2011;30:173-81. Universitas
Trisakti Jakarta.
Kusuma, Leila. (2010). Hubungan
Gaya Hidup Dengan Status Gizi lansia Di Kelompok Lansia Nuri Puskesmas
kecematan Duren Sawit Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Respati
Indonesia.
Kemenkes RI. (2011). Pedoman
Umum PengelolaanPosyandu . ISBN: 978-602-9364-87-3. Jakarta
.
(2012). Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia.
ISBN: 978-602-235-039-2. Jakarta.
Kemenkes RI. (2013). Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan. ISSN: 2088- 270X. Jakarta
Komnas Lansia. (2010a). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas Lanjut Usia.
Komnas Lansia. (2010b). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komnas Lanjut Usia.
Lawarence .(2003). Modifikasi Gaya
Hidup sebagai Sarana untuk Mencegah dan Mengobati Tinggi Tekanan Darah di
Baltimore, Maryland. Journal of the American
Society of Nephrology Copyright © 2003 by
the American Society of Nephrology DOI:
10.1097/01.ASN.0000070141.69483.5A
Luknis dan Sutanto. (2011).
Statistik Kesehatan. Jakarta :
Raja Grafindo
Malonda
et al. (2012). Pola makan dan konsumsi alkohol sebagai faktor risiko hipertensi pada
lansia. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2012, VIII(4).
Universitas Gajah Mada.
Maryam,Siti.
(2012). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Moniaga. V et al. (2012). Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Mustamin (2010). Asupan Natrium, Status Gizi Dan
Tekanan Darah Usia Lanjut Di Puskesmas Bojo Baru Kabupaten Barru. Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan
Makassar. Media Gizi Pangan,
Vol. IX, Edisi 1, Januari – Juni 2010.
Noorkasiani dan Tamher,. (2012). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta.
. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik.
Jakarta: EGC
Nurika,
Ismayanti. (2011). Huubungan Antara Pola
Konsumsi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. ISSN: 1978-0575. FKM Universitas
ahmad Dahlan Yogyakarta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.
Palomas
et
al. (2011). Dampak jangka panjang pada malnutrisi dengan pasien gagal jantung yang di
rawat di RS Reina Sofia, Cordoba, Spanyol. Jurnal cardiologi, Vol.64, September 2011.
Pratiwi
dan Tala (2009). Gambaran Status Gizi Pasien Hipertensi Lansia
di RSUP H. Adam Malik Medan.
e-Jurnal FK USU, Vol 1 No 1 (Februari 2013)
Rini et al (2013). Faktor Resiko Aktivitas Fisik, Merokok dan, Konsumsi Alkohol Terhadap
Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pattigalloang di
Makassar. Universitas Hasanuddin; repository.unhas.ac.id
Sari N V dan Pramono A. (2014). Status
Gizi, Penyakit Kronis, Dan Konsumsi Obat Terhadap Kualitas Hidup Dimensi
Kesehatan Fisik Lansia. Volume 3, Nomor 1, Tahun
2014, Halaman 83 - 89 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc
Stockslager, Jaime. (2008). Buku
Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC
Sudartinah.
(2012). Hubungan pola makan, gaya hidup
dan status gizi pada pralansia dan lansia dengan Hipertensi di kelurahan
kejiwan Kec. Wonosobo Kab.Wonosobo tahun 2012 .http:// lontar. Ui .ac .id/ opac/ themes /libri2/
detail.jsp ?d= 20315658& lokasi=lokal
Suhadi
. (2011). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan lansia dalam
perawatan hipertensi di wilayah Puskesmas Srondol, Kota Semarang 2011.
Universitas Indonesia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta
. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Supriasa,
Bakri, Fajar. (2012). Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC
Thristyaningsih
et al. (2012) . Senam bugar lansia berpengaruh terhadap daya tahan jantung paru, status
gizi, dan tekanan darah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2011, VIII(1).
Universitas Gajah Mada.
Susanti,
Dewi. (2013). Hubungan Karateristik
Faktor Sosial Dan Pola Hidup Dengan Status Gizi Lanjut Usia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tanggerang. Jakarta: Universitas Respati Indonesia.
Wawan, Dewi. (2010). Teori
& Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Numed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar