1.Definisi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
Kontrasepsi suntik yang hanya berisi hormon progesterone dan tidak mengandung estrogen. Daya kerja kontrasepsi DMPA adalah
150 mg setiap 3 bulan dan merupakan dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg
DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Depo
Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler (Hartanto, 2003).
2.
Mekanisme Kerja
Mekanisme
kerja pada pemakaian DMPA yaitu mencegah ovulasi dengan cara lendir serviks
menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa,
membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi dan mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii (Hartanto, 2003).
3. Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi dalam
pemakaian suntik DMPA diantaranya adalah menginginkan penjarangan kehamilan
untuk paling sedikitnya satu tahun, kontrasepsi kerja lama yang sangat efektif
dan tidak terkait dengan sanggama, menyusui, penyakit sel sabit atau thalasemia dan gangguan kejang. Adapun
kontra indikasi dalam pemakaian suntik DMPA yaitu kehamilan, perdarahan,
penyakit hati, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler
yang berat, menginginkan kembalinya kesuburan dengan cepat dan depresi berat .
(Rekomendasi Praktik Pilihan Untuk Penngunaan Kontrasepsi
Edisi 2,2009)
4.Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari
suntik DMPA yaitu sangat efektif (99,6%), tidak berpengaruh pada hubungan suami
istri, tidak dibutuhkan pemeriksaan awal, tidak mempengaruhi produksi ASI,
dapat digunakan oleh wanita tua ( di atas 35 tahun), mencegah kehamilan ektopik, dapat digunakan untuk jangka
panjang dan sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi tetapi belum
bersedia untuk mengikuti sterilisasi (Depkes RI, 2009).
Kerugian suntik DMPA yaitu
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah berhenti pemakaian, tidak dapat
dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya, tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual dan hepatitis B atau
infeksi HIV (Depkes RI, 2001).
Angka kegagalan
yang pernah dilaporkan di berbagai komunitas yang memakai suntik DMPA yaitu di
bawah 0,5 per 100 wanita (Glasier, 2006).
5.
Tanda – Tanda yang Harus
Diwaspadai
Tanda – tanda yang
harus diwaspadai dalam pemakaian DMPA adalah perdarahan berat yang dua kali
lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa
haid, sakit kepala yang berulang dan berat atau kaburnya penglihatan, nyeri
abdomen sebelah bawah yang berat dan buang air kecil yang berulang kali (Depkes
RI, 2001). Abses atau perdarahan tempat injeksi dan kanker merupakan komplikasi
yang mungkin terjadi pada akseptor KB suntik DMPA (Varney, 2007).
6. Waktu Pemberian Suntikan DMPA
Waktu pemberian
suntik DMPA dibagi menjadi empat, yaitu setelah menstruasi dalam lima hari atau
setiap waktu selama siklus wanita, setelah aborsi dalam waktu lima hari setelah
dilakukan aborsi, setelah melahirkan (tidak menyusui) dilakukan setelah
melahirkan atau tiga minggu pascapartum
kecuali pada wanita yang memiliki riwayat pascapartum,
setelah melahirkan (menyusui) dilakukan segera atau setelah melahirkan atau
enam minggu pasca persalinan (Varney, 2007).
7. Efek Samping
Efek samping suntik DMPA adalah gangguan Haid
Gejala dan keluhan dalam gangguan pola haid yaitu Amenorrea adalah tidak
datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan bertutut
– turut, Spotting adalah bercak – bercak perdarahan di luar haid yang terjadi
selama akseptor mengikuti KB suntik, Metroraghia adalah perdarahan yang
berlebihan di luar siklus haid, Menorraghia adalah datangnya darah haid yang
berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid (Suratun, 2008).
Gangguan
pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen
turun dan progesteron meningkat
sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium
(Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya
hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2003),
gangguan pola haid metroraghia disebabkan
oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi
dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat
disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional
(Depkes RI, 2000), gangguan pola haid menorragia disebabkan karena
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan
endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak). (Hartanto, 2007)
Penanggulangan dalam gangguan pola haid dapat dilakukan dengan cara
(a)
Pelayanan Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor suntik bahwa
pemakaian suntikan dapat menyebabkan gejala – gejala di atas. Biasanya gejala –
gejala perdarahan tidak berlangsung lama.
(b) Bila terjadi perdarahan, dapat
pula diberikan preparat estrogen misalnya Lynoral 2X1 sehari sampai perdarahan
berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat dilakukan ”tapering off” (1X1
tablet) selama beberapa hari (Suratun, 2008)
. DAFTAR PUSTAKA
Andrews Gilliy.2010. Buku ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta EGC
Bobak, Irene M.2004. Maternity Nursing. Mosby
Everet
Susanne.2008. Kontrasepsi & Kesehatan Seksual
Reproduksi.
Jakarta. EGC
Glasier,2006.Keluarga Berencana
Kesehatan Reproduksi Edisi 4. Jakarta EGC
Guyton & Hall.2000.Buku Ajar. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta .EGC
Hartanto, 2003.
Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta. Sh
Hartanto,2007. Ragam
Metode Kontrasepsi .Jakarta EGC
Indarti Junita..2005. Panduan kesehatan Wanita. Jakarta. Puspa Sari
Kasdu Dini .2008. Solusi Problem Wanita Dewasa .Jakarta. Puspa Swara.
Kopelman Peter dkk.2004. Keterampilan
Klinis . Jakarta .EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde.2007.Pengantar kuliah dan Obsetri. Jakarta.
EGC
Mansjoer, Arief.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta media aesculapius
FKUI.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2007.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta . Arcan.
Pillitery, Adelle. 2003. Maternal & Child Health Nursing 4th
ed.Philadelpia:Adelle Pillitery.
Varney Helen. 2007.Asuhan Kebidanan Volume 1.Jakarta.
EGC.
Saifuddin Abdul Bari ,2006. Buku
Pelayanan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta .Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setya Arum .2009. Panduan lengkap KB
Terkini Edisi 2 .Jogjakarta. Press
Suratun, 2008. Pelayanan
KB & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. TIM
Wiknjosastro,Hanifa.2002. Ilmu Kandungan Edisi 4 Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar