Cari Blog Ini

Rabu, 05 Juni 2013

Senam Untuk Ibu Hamil



Senam Hamil
    1. Pengertian Senam Hamil
   Senam hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil. (Mandriwati, 2008).
   Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang diberikan kepada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun mental untuk mengahadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan spontan (Huliana, 2001).
          Senam hamil adalah sebuah program berupa latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan saat persalinannya (Indiarti, 2008).

   2. Tujuan Senam Hamil
             Menurut  Mandriawati (2008)  tujuan senam hamil adalah :
a.       Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamen-ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses pesalinan.
b.      Membentuk sikap tubuh. Sikap tubuh yang baik selama kelahiran dan persalinan dapat mengatasi keluhan-keluhan umum pada wanita hamil, mengharapkan letak janin normal, mengurangi sesak nafas akibat bertambah besarnya perut.
c.       Menguasaai teknik-teknik pernafasan yang mempunyai peranan penting dalam persalinan dan selama hamil untuk mempercepat relaksasi tubuh yang diatasi dengan napas dalam, selain itu juga untuk mengatasi rasa nyeri pada saat his.
d.      Menguatkan otot -otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang berat tubuh ibu yang makin lama makin berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
e.       Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena) secara segmental yang tak jarang terjadi pada ibu hamil.
f.       Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin maka dia akan mendesak isi perut ke arah dada. hal ini akan membuat rongga dada lebih sempit dan nafas ibu tidak bisa optimal. dengan senam hamil maka ibu akan dapat berlatih agar nafasnya lebih panjang dan tetap relaks.
g.      Latihan pernafasan khusus yang disebut panting quick breathing terutama dilakukan setiap saat perut terasa kencang.
h.      Latihan mengejan latihan ini khusus utuk menghadapi persalinan, agar mengejan secara benar sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak tertahan di jalan lahir.
i.        Mendukung ketenagan fisik (Huliana,2001).
3.  Manfaat Senam Hamil
        Menurut  Mandriawati (2008, hlm 172)  manfaat senam hamil adalah :     
a.                         Mengatasi sembelit (konstipasi), kram dan nyeri punggung.
b.                        Memperbaiki sirkulasi darah
c.                         Membuat tubuh segar dan kuat dalam aktivitas sehari-hari.
d.                        Tidur lebih nyenyak.
e.                         Mengurangi resiko kelahiran premature.
f.                         Mengurangi stress.
g.                        Membantu mengembalikan bentuk tubuh lebih cepat setelah melahirkan.
h.                        Tubuh lebih siap dan kuat di saat proses persalinan.
i.        Bertemu dengan calon ibu lain bila ibu melakukannya kelas senam hamil. (Huliana,2001)
4. Syarat Melakukan  Senam Hamil
         Menurut  Mandriawati (2008) syarat yang harus dipenuhi dalam
melakukan  senam hamil adalah :
a.       Kehamilan berjalan normal
b.      Diutamakan pada kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya yang mengalami kesulitan persalinan.
c.       Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan.
d.      Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu.
e.       Jangan membiarkan tubuh ibu kepanasan dalam jangka waktu panjang. istirahatlah sejenak.
f.       Gunakan bra yang cukup baik untuk olah raga dan semacam decker yang bisa menyokong kaki.
g.      Minum cukup air
h.      Perhatikan keseimbangan tubuh (kehamilan mengubah keseimbangan tubuh Ibu)  
i.        Lakukan olahraga sesuai porsi dan jangan berlebihan. Jika terasa pusing, kram, lelah atau terlalu panas, istirahat saja. (Stoppard,2008)
     5.  Kontraindikasi Senam Hamil
            Menurut  Mandriawati (2008) kontraindikasi senam hamil adalah :
a.                         Kelainan jantung
b.                        Tromboplebitis
c.                         Emboli Paru
d.                        Perdarahan pervaginam
e.                         Ada tanda kelainan pada janin
f.                         Plasenta previa
6. Waktu Untuk Melakukan Senam Hamil
  Menurut  Mandriawati (2008)  dianjurkan untuk melakukan senam hamil yaitu setelah usia kehamilan 22 minggu.
7.  Tempat Melakukan Senam Hamil
  Untuk menjamin dilakukanya  senam hamil dengan aman dan benar dibutuhkan tuntunan yang jelas atau instruktur yang berpengetahuan dan terampil. Oleh karena itu, dianjurkan agar ibu hamil melakukan senam hamil bersama ibu hamil yang lain di Rumah Sakit atau Rumah Bersalin yang akan digunakan untuk bersalin. Karena ditempat tersebut akan ada saling tukar pengalaman, bertambah semangat juga akan ada penambahan wawasan bisa diberikan oleh petugas medis yang merangkap sebagai instruktur. (Kushartanti, 2004)
   Namun jika tidak sempat atau jarak rumah terlalu jauh dari Rumah Sakit atau Klinik, bisa juga dilaksanakan dirumah dengan dibantu instruktur atau ibu sudah pernah mengikuti senam hamil dan sudah mengerti bagaiman cara melakukannya misalnya diteras atau diruang keluarga. (Musbikin, 2005)
8. Tahapan Senam Hamil
    1. Latihan Pendahuluan
Lakukan pemanasan  (pendahuluan) sebelum memulai program olah raga yang berguna merangasang sirkulasi darah,menggendorkan otot-otot dan tulang-tulang sendi sehingga bergerak bebas , yang berarti mengurangi  resiko kerusakan. (Stoppartd, 2002).
Cara melakukan latihan pemanasan yaitu :
1)      Latihan I. Duduk tegak bersandar pada kedua lengan, kedua tungkai diluruskan dan dibuka sedikit, seluruh tubuh lemas.
2)      Latihan II. Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus dan rapat.
3)      Latihan III. Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus, rapat dan releks.
4)      Latihan IV. Duduk bersila tegak, kedua tangan diatas bahu dan kedua lengan disamping buah dada.
5)      Latihan V. Berbaring terlentang, kedua lengan disamping badan dan kedua lutut ditekuk.
6)      Latihan VI. Berbaring terlentang, kedua lengan disamping badan kedua tungkai luarus dan enak.
7)      Latihan VII. Putarkan panggul kekiri sebanyak 4 kali dan kanan 4 kali dengan menggerakan panggul kekiri, tekannkan punggung kekanan sambil mengempiskan perut dan mengerutkan liang dubur. Gerakkan panggul kekanan , anggkat pinggang, gerakan kembali panggul kekiri dan seterusnya sampai 4 kali gerakan memutar, kemudian lakukan hal tersebut kearah kanan sebanyak 4 kali.
    1. Latihan Inti
 Latihan inti ini bertujuan untuk pembentukan sikap tubuh yang baik. Sikap tubuh yang baik akan menyebabkan tulang panggul naik, sehingga janin berada pada kedudukan yang normal. Latihan kontraksi dan relaksasi latihan untuk mempetoleh dan mengatur sikap tubuh untuk releks pada saat yang diperlukan.Latihan pernafasan untuk menguasai berbagai aspek pernafasan.
                   Cara melakukan latihan inti ,yaitu:
1) Berbaring dengan satu bantal di bawah kepala dan satu bantal lagi di bawah lutut, silangkan kaki dan dekaplah kedua kaki secara bersama erat-erat. Kencangkan otot-otot pantat dan tarik ke atas seolah-olah ingin menghabiskan kencing secara perlahan. Ini akan membantu memantapkan otot-otot dasar panggul.
 2) Sikap merangkak, jarak antara kedua tangan sama dengan jarak antara kedua bahu. Keempat anggota tubuh tegak lurus pada lantai dan badan sejajar dengan lantai.
3)      Berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan, dan rileks.
c. Latihan pendinginan
Senam hendaknya diakhiri dengan gerakan  pendinginan. Latihan ini berguna untuk mengembalikan denyut jantung kearah normal dan mencegah mengumpulnya darah pada bagian kaki.
Cara melakukan latihan pendinginan, yaitu berjalan secara biasa, lalu berjalan secara menjinjit, berjalan dengan telapak kaki menggenggam sambil menarik dan membuang napas, dan sambil mengerakkan tangan naik turun. Lakukan selama 5-10 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Ammililliya, Kiki Riski. (2009). Hubungan Pengetahuan ibu Hamil tentang Senam Hamil dengan Minat Ibu Hamil untuk Melakukan Senam Hamil di RB. Riens Kediri. Http://infoolo.blogspot.com/2009/08/hubungan-pengetahuan-ibu-hamil-tentang 28.html/28 Agustus 2009
Dinkes Propsu. (2008). Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2007. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Medan
Huliana, Mellyna. (2006). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Puspa Swara. Jakarta
Indriatai, MT. (2008). Senam Hamil dan Balita. Cemerlang Publishing. Yogyakarta
Kushartanti.( 2004). Senam Hamil. Lintang Pustaka. Yogyakarta
Kurnia, S. Nova. (2009). Menghindari Gangguan Saat Melahirkan dan Panduan Lengkap mengurut Bayi. Paji Pustaka. Yogyakarta
Mandriati, G.A. (2008). Panduan Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta
Meliono, I. (2007). MPKT Modul I. (http://id.wikipedia.org/wiki/pengetahuan)
Musbikin, imam. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Mitra Pustaka. Yogyakarta
Supriatmaja. (2005). Pengaruh Senam Hamil terhadap Persalinan Kala Satu dan Kala Dua di RS. Sangla denpasar. www.resep.web.id/kehamilan/6-manfaat-senam-hamil. 28 September 2009
Stoppard, Millam Dr. (2007). Buku pintar kehamilan. PT. Rineka cipta. Jakarta

Menarche Pada Wanita


                                                                Menarche                                                                                                      
1. Pengertian Menarche
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datangnya haid yang pertama kali yang pertama ini datang dinamakan menarche. Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang gadis yang sedang menginjak dewasa (Sigar, 2005, ).
Sebagai puncak kedewasaan, wanita mulai mengalami perdarahan rahim pertama yang disebut  menarche  (menstruasi) (Manuaba, 1999, hlm. 52). Pada wanita, menarche menandai trasisi ke masa dewasa, menarhe merupakan tanda bahwa remaja puteri kini telah menjadi seorang wanita dan dapat mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai seorang wanita dewasa (Llewellyn, 2002,).
2. Siklus Haid (Menstruasi)
Menurut Saroha (2009, hlm, 12) siklus haid dapat berbeda-beda pada setiap perempuan sehat dan normal. Lamanya siklus haid yang dianggap normal adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Setiap siklus dibedakan dalam empat fase yaitu: a)  Fase haid lamanya dua sampai delapan hari, rata-rata lima hari, dimulai sekitar sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama  keluarnya darah haid ditetapkan sebagai hari pertama  siklus endometrium. Pada waktu ini endometrium dilepas dan dicampakkan dari dinding uterus disertai dengan perdarahan. Jumlah darah yang hilang sangat bervariasi diantara perempuan dengan rentang 20-80 ml (rata-rata 50 ml); b) Fase prolifera berlangsung sampai hari keempat belas. Endometrium tumbuh  kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Pada masa ini terjadi penebalan endometrium 8-10 kali lipat dan berakhir pada saat ovulasi; c) Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode haid berikutnya. Pada akhri fase sekresi endometrium matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus, kaya dengan darah dan sekresi kelenjar yang kaya dengan glikogen dan lemak dan merupakan tempat yang sesuai untuk melindungi   dan merupakan tempat yang sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang dibuahi. Pada masa ini korpus rubrum pada ovarium menjadi korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron; d) Fase iskemi: implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi maka korpus luteum mengecil dan menyusut dan menyebabkan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan cepat dan  menimbulkan efek pada arteri yang berlekuk-lekuk di endometrium. Terjadi silatasi dan hiperemia diikuti spasme dan iskemia kemudian terjadi nekrosis. Lapisan fungsional yang  nekrotik tersebut terlepas dari lapisan basal dan  perdarahan haid terjadi  lagi, menandai hari pertama siklus haid berikutnya.
Pada kebanyakan wanita, siklus haid berkisar di antra 24-34 hari dengan rata-rata 29 hari. Tetapi meski pada wanita yang merasa haidnya teratur pun dapat terjadi kemelesetan beberapa garis baik maju maupun mundur (Sigar, 2005,).   

TB Paru dan DOTS



Tuberkulosis Paru
1.                  Definisi
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagian besar menyerang Paru dan dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB Paru cepat mati apabila terkena sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup dalam beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (Achmad,2008)
2.                  Gejala dan tanda TB Paru
Departemen kesehatan menyebutkan gejala dan tanda penyakit TB Paru BTA Positif adalah : a) gejala umum : nyeri dada, batuk  lebih dari tiga minggu atau lebih. b) gejala lain : nyeri dada batuk dahak atau dahak bercampur darah, keringat malam, demam lebih dari sebulan, sesak nafas, nafsu makan menurun dan berat badan menurun (Depkes, 2009).
3.                  Cara Penularan
Sumber penularan penyakit TB Paru dikarenakan oleh kuman yang berterbangan di udara dan ada juga yang jatuh pada lantai sehingga dapat terhirup oleh setiap orang, pada paru-paru kuman atau basil TB Paru akan bersarang dan basil berkembang biak juga menggerogoti Paru-paru (Depkes, 2009).
4.                  Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada penderita berstadium lanjut antara lain:
    1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersambungnya jalan nafas.
    2. Kolaps dari lobus akibat kontraksi bronkiat.
    3. Bronkiestasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan) jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktiti pada paru.
    4. Penyebaran infeksi organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
    5. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio pulmonery insuffiency) (WHO,2012)
5.                  Diagnosis
Bahwa seseorang ditetapkan sebagai penderita TB Paru apabila  melakukan serangkain pemeriksaan sebagai berikut : Pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan cara yang paling dapat diandalkan  dan harus diupayakan tiga buah spesimen untuk pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan 3x dengan sesaat, pagi, sesaat (SPS)  paling baik dipastikan dengan hasil positif berikutnya
a)                  Pemeriksaan semua pasien dengan kronis khususnya batuk perokok atau batuk lebih dari 4 minggu, mereka yang turun berat badannya, nyeri dada dan lainnya yang mengakibatkan TB Paru.
b)                  Foto rontgen, pemeriksaan rontgen diperlukan bila pasien yang memiliki masalah-masalah yang sulit terutama para tersangka TB Paru yang positif HIV. Hal ini tidak dilakukan untuk kasus secara massal di negara-negara dengan prevalensi tinggi.
c)                  Tes tuberkulin, tes ini kurang dapat diandalkan dalam menegakan diagnosis di negara miskin karena gizi buruk, dan penyakit lain. Seperti infeksi HIV atau TB Paru yang sangat parah dapat menghasilkan tes yang lemah meskipun pasien dewasa atau anak berpenyakit TB Paru aktif. Tes  pada anak dapat berubah karena BCG (Muttaqin, 2010).  
6.                  Klasifikasi penyakit
Pada penyakit TB Paru dapat diklasifikasikan yaitu TB Paru dan TB ekstra paru. TB Paru merupakan batuk yang paling sering dijumpai dari semua penderita.
TB yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB Paru yang mudah tertular. TB ekstra Paru merupakan bentuk penyakit TB Paru yang menyerang organ tubuh lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan saraf pusat

2.                  Program Pemberantasan TB Paru
J    Tujuan Program
Tujuan jangka panjang : memutuskan rantai penularan sehingga penyakit TB paru tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Tujuan jangka pendek : a) tercapainya kesembuhan minimal 85% penderita baru BTA positif yang ditemukan, b) tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap hingga mencapai 70% dari semua penderita TB paru, c) tercapainya resistensi obat tuberkulosis di masyarakat, d) menanggulangi penderita akibat penyakit TB paru
J    Kebijakan Operasional
Penanggulangan TB paru di Indonesia dilaksanakan dengan desentralisasi sesuai dengan keijakan Departemen Kesehatan. Penggulangan TB paru dilaksanakan oleh seluruh unit pelayanan kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit, Pemerintah dan swasta, BP4 serta praktik dokter swasta, politeknik umum, politeknik perusahaan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara paripurna dan terpadu.
Peningkatan mutu pelayanan, penanggulangan obat rasional dan kombinasi obat sesuai dengan strategi DOTS. Target program adalah konversi pada akhir pengobatan tahap intensif minimal 80%, angka kesembuhan sediaan dahak yang benar (angka kesalahan 5%). Pemeriksaan uji silang (cross check) secara rutin oleh Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) atau laboratorium rujukan yang ditunjuk untuk mendapatkan pemeriksaan dahak yang bermutu.
Penanggulangan TB paru nasional diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada penderita secara Cuma-Cuma dan jaminan ketersediaannya. Pengembangan sistem pemantauan, supervisi dan evaluasi program untuk mempertahankan kualitas pelaksanaan program. Menggalang kerja sama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah dan swasta (Depkes, 2009).
J    Strategi
Strategi DOTS sesuai rekomendasi WHO, yaitu :
a.       Komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana.
b.      Diagnosis TB paru dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
c.       Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
d.      Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
e.       Pencatatan dan palaporan secara baku untuk memudahakan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB paru (WHO, 2012)

2.            Pengobatan Penyakit TB Paru
J    Tatalaksanaan Pengobatan TB Paru
Pengobatan diberikan dalam dua tahap, yaitu :
  1. Tahap Intensif (awal dimana pasien mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah kekebalan atau resistensi terhadap semua OAT (Obat Anti Tuberkulosis), terutama Rifampisin. Bila tahap ini diberikan secara tepat pasien menular menjadi tidak menular dalam waktu dua minggu. Sebagian besar TBC Paru BTA Positif (+) menjadi BTA Negatif (-) pada akhir pengobatan ini.
  2. Tahap lanjutan, pasien mendapat obat dalam jangka waktu yang lebih lama dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah kekambuhan. Tujuan dari pengobatan pasien TB paru adalah penyembuhan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan resiko penularan . Menyembuhkan pasien dengan gangguan semininal mungkin dalam hidupnya, mencegah kematian pada pasien, meencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait, mencegah kekambuhannya penyakit, mencegah kuman menjadi resisten dan melindungi kelurga dan masyarakat penderita terhadap infeksi .
Jenis obat yang digunakan dalam pemberantasan TB paru antara lain : Isoniasid (H), Rifampisin (R), Piranizamid, (Z), Streptomycine (S), dan Etambutol (E) (Depkes, 2008)
J    Program Obat Anti Tuberkulosis
Di Indonesia diterapkan panduan OAT sesuai rekomendasi WHO (World Health Organization) dan IUAT-LD (International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease) dengan jangka 6 (enam) bulan yaitu :
Jenis obat : Isoniazid (H), Ripampisin ®, Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan stereptomicin (S).

Tahap Pengobatan
Lama Pengobatan
H
@
300
mg
R
@
450 mg
Z
@
1500
mg
E
@
250
mg
E
@
500
mg
S
Inj
(gr)
Jumlah obat
Kategori 1
Intensif (dosis harian)
2 bulan
1
1
3
3
-
-
60
Tahap lanjutan (3x seminggu)
4 bulan
2
1
-
-
-
-
54
Kategori 2 Intensif (dosis harian)
2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75
-
60
30
Tahap lanjutan (3x seminggu)
5 bulan
2
1
-
1
2
-
66
Kategori 3 Intensif
(dosis harian)
2 bulan
1
1
3
-
-
-
60
Tahap lanjutan (3x seminggu)
4 bulan
2
1
-
-
-
-
54
Obat TB paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah dan dosis tepat selama 6-8 bulan semua kuman dapat terbunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya saat perut kosong dan habis dalam waktu 1 jam. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) dan diawasi. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan, penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Obat diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3) (WHO, 2011).
J    Pencegahan TB Paru
Dalam pencegahan penyakit TB paru dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  1. Cara pencegahan penularan penyakit TB adalah:
a.       Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan.
b.      Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan mulut bila batuk dan bersin.
c.       Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah.
d.      Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.
e.       Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.
f.       Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya, terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.
  1. Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB:
a.       Meningkatkan gizi.
b.      Memberikan imunisasi BCG pada bayi.
c.       Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB Paru BTA positif
J    Hasil Pengobatan
Hasil pengobatan diklasifikasikan antara lain:
a)      Sembuh
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow - up) paling sedikit 2 (dua) berturut-turut hasilnya negatif.
b)      Pengobatan lengkap
Penderita yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut negatif. Tindak lanjut : Penderita diberi tahu apabila muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan menikuti prosedur tetap.
c)      Pindah
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu Kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke Kabupaten ini dan penderita harus membawa surat pindah / rujukan (TB –09)
d)     Drop Out (DO)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA Positif
e)      Gagal
Penderita BTA Positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih dan penderita dengan hasil BTA Negatif Rontgen positif menjadi BTA Positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
f)       Meninggal
Penderita TB paru yang diketahui meninggal karena sebab apapun (Zulkifli, 2008).
3.                  Pengendalian Penderita dan Penentuan Keberhasilan Pengobatan
Pengendalian pengobatan penderita dilaksanakan pada saat kunjungan penderita ke unit pelayanan kesehatan atau dengan kunjungan ke rumah penderita yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun petugas pengawas menelan obat (PMO).
DAFTAR PUSTAKA
ü  Achmad. (2012). Jurnal Tuberkolosis Indonesia. Jakarta : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.
ü  Corwin, E. (2009). Buku saku Patologi Edisi 3. Jakarta : EGC.
ü  Darmanto. (2009). Respirologi ( Respiratory Medicine ). Jakarta : EGC.
ü  Depkes RI. (2008). Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana Penanggulangan TBC di Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes.
ü  Muttaqin, A. (2010), Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
ü  Parwati, Tuti, (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
ü  World Health Organization (WHO) .(2011). The Global Plan To Stop TB 2011–2015. Switzerland.
ü                                        .(2012). Electronic recording and reporting for tuberculosis care and control. Switzerland.
ü                                        .(2012). Global Tubercolosis Report 2012. Switzerland
ü                            .(2012). WHO policy on collaborative TB/HIV activities. Switzerland.
ü  Zulkifli , A dan  Asril Bahar, (2008). Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI